إن الله يحب الذين يقاتلون في سبيله صفا كأنهم بنيان مرصوص
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berperang di jalan–Nya dalam shaf-shaf yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh” (QS.
Ash-Shaff : 4)
A. Menerapkan
Shaf (Barisan) Dalam Shalat Berjama’ah
1.
Dari Anas bin Malik,
Rasulullah bersabda,”Luruskanlah
shaf-shaf kamu, karena sesungguhnya lurusnya shaf itu merupakan kesempurnaan
shalat,” (HR. Bukhari dan Abu Daud).
2. Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Luruskanlah shaf-shaf kamu, sesungguhnya aku melihat kamu dari belakang
punggungku. Maka salah seorang di antara kamu menempelkan pundaknya dengan
pundak sahabatnya dan telapak kakinya dengan telapak kaki sahabatnya.”(HR.
Bukhori, Muslim dan Abu Daud)
3.
Dari Nu’man bin Basyir R.A,
ia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menghadapkan wajahnya kepada
manusia,kemudian beliau bersabda, “Luruskanlah
shaf-shaf kamu! “beliau mengulanginya tiga kali, “Demi Allah! “Luruskan
shaf-shafmu atau Allah akan memeperselisihkan hati-hati kamu “. Nu’man berkata, “Maka saya melihat orang-orang yang
menempelkan pundaknya dengan pundak sahabatnya dan lututnya dengan lutut
sahabatnya dan mata kaki dengan mata
kaki sahabatnya.”(HR. Abu Daud)
4. Dari Anas bin Malik r a, Rasulullah bersabda, “Rapatkanlah dan dekatkanlah shaf
- shafmu dan ratakanlah tengkuk-tengkuk. Demi Dzat yang diriku ditangan-Nya
sesungguhnya aku melihat setan memasuki celah-celah shaf yang renggang seperti
anank kambing kecil.” (HR.Abu Daud)
5.
Dari Ibnu Umar r.a,Rasulullah
bersabda, “Luruskanlah shaf-shaf
(shalat), sejajarkanlah pundak-pundakmu, tutuplah celah-celahnya dan
lemaskanlah dengan tangan-tangan saudaramu dan janganlah membiarkan celah-celah
untuk syetan. Barang siapa yang menyambung sahaf, maka Allah akan menyambung
hubunganya. Dan barang siapa memutuskannya, maka Allah akan memutuskan
hubunganya,” (HR.Abu Daud)
6. Dari Anas bin Malik, ia berkata,bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menghadap
kepada kami sebelum takbir dan bersabda:
(Rapatkan
barisanmu dan luruskan). (HR .Bukhori - Muslim)
Keterangan:
a.
Sebelum Takbiratul Ikhram,
Rasul mengahap kepada makmun untuk memeriksa barisan (shaf shalat) agar lurus
dan rapat
b.
Rapat shaf satu dengan yang
lainnya adalah bahu dengan bahu, lutut dengan lutut sahabatnya, mata kaki
dengan mata kaki sahabatnya dan sisi telapak kaki dengan sisi telapak kaki
sahabatnya.
c.
Rapat dan lurusnya shaf
dalam shalat merupakan kesem-purnaan dan wujud tegaknya shalat.
d.
Apabila shaf renggang maka
Allah akan memper-selisihkan hati-hati mereka dan memutuskan hubungan diantara
mereka. Tetapi apabila senantiasa menjaga rapat dan lurusnya shaf, maka Allah
akan mepererat tali per-saudaraan/hubungan
diantara mereka.
e.
Apabila shaf barisan
renggang/ada celah-celah walaupun sedikit maka syetan akan mengisinya dan siap
untuk menganggu kekhusuan shalat kita.
f.
Apabila
menjadi imam shalat hendaknya berada di pertengahan shaf, sehingga antara
sebelah kanan dan kirinya seimbang. Dan jangan dulu takbiratul ikhram sebelum
shaf-shaf makmunya betul-betul rapat, lurus dan tertib.
7.
Dari Abu hurairah,
Rasulullah bersabda, “Jadilah imam itu di
pertengahan shaf dan tutuplah celah-celah.” (HR. Abu Daud).
B. Susunan Shaf Dalam Shalat
1.
Dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
“Hendaklah berdiri di dekatku orang-orang yang cerdik pandai (alim), kemudian
orang-orang yang hampir setara dengan mereka.” (HR. Muslim, Abu Dawud,
Nasa’I dan Ibnu Majah)
Keterangan :
Pada
shaf pertama dibelakang imam shalat, hendaknya diisi oleh orang-orang yang cerdik pandai (alim)
hal ini sangat penting untuk mengingatkan imaam apabila salah, lupa atau
menggantikan imaam bila imaam batal/harus meninggalkan tempat shalat.
2. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Sebaik-baik shaf bagi laki-laki adalah yang
pertama dan seburuk-buruknya adalah yang terakhir. Sebaik-baiknya shaf bagi
kaum wanita adalah yang terakhir dan seburuk-buruknya adalah yang pertama.”
(HR. Muslim, Abu Dawud, Nasai dan Ibnu Majah)
3.
Dari Abu Malik Al Asy’ari,
ia berkata : “Maukah aku ceritakan
tentang shalat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, apabila beliau shalat, beliau
menyusun shaf orang-laki-laki, kemudian anak-anak di belakannya, kemudian
shalat dengan mereka.” (HR. Abu Dawud)
Keterangan :
|
4.
Dari Ibnu
Abbas ra, ia berkata, “Aku bermalam di tempat bibiku yaitu Maimunah, di sana Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam shalat pada malam hari, maka saya (Ibnu Abbas) berdiri di sebelah
kirinya, kemudian beliau bersabda, “Begini” Beliau menarik kepalaku seraya menempatkan aku disebelah kanannya.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah)
5.
Dari
Anas bin Malik ra, ia berkata, ”Sesungguhnya
dia (Anas), Rasulullah, ibu dan bibinya, shalat berjama’ah, maka beliau
menempatkan Anas disebelah kanannya sendangkan ibu dan bibinya dibelakangnya.”
(HR. Abu Dawud, Nasa’i dan Ibnu Majah)
Keterangan :
a.
Apabila makmum (pria) hanya
sendirian, maka harus berada di sebelah kanan imaam dan sejajar. Dan apabila
makmum lebih dari satu orang maka membuat shaf dibelakang imaam.
b. Apabila kita shalat berjama’ah ketinggalan (masbuq) dan menjumpai yang
sedang shalat berjama’ah dengan seorang makmum, maka makmum yang berada di
samping kanan imaam tersebut, kita tarik sehingga semua makmum berada di
belakang imaam (lihat hadits No. 6 di bawah)
c.
Makmum wanita harus berada
dibelakang imaam baik sendirian maupun lebih apabila imaamnya laki-laki.
6.
|
C. Shalat Sendirian Dibelakang Shaf
1.
Dari Abdurrahman bin Ali bin
Syaibah, ia berkata, “Kami keluar menemui
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam kemudian kami membai’atnya dan kami shalat
dibelakangnya. Kemudian kami shalat dibelakang beliau pada shalat yang lain,
maka ketika shalat selesai beliau melihat seseorang shalat sendirian dibelakang
shaf, maka Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mendekatinya ketika ia telah
selesai (shalat) dan bersabda, “Hadapkanlah (tertibkanlah) shalatmu, tidak ada
shalat menyendiri dibelakang shaf.” (HR. Ibnu Majah 1003)
2. Dari Wabishah bin Ma’bad, ia
berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam melihat seseorang shalat sendirian dibelakang shaf, maka beliau
memerintah-kannya supaya mengulangi shalatnya” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan
Ibnu Majah)
3. Dan dalam riwayat lain dari Talq bin Ali, “Tidak sah shalat sendirian di belakang shaf. “Dan Thabrany menambahkan
dalam hadist Wabishab : “mengapa engkau tidak masuk bersama mereka atau kau
tarik seorang.”
Keterangan :
Tidak boleh
shalat seorang diri di belakang shaf, oleh karena itu jika seseorang
mendapatkan shaf yang telah penuh, hendaknya menarik salah seorang yang ada di
depannya, untuk berdiri bersama-sama. Dan shaf yang kosong karena salah seorang
mundur, harus segera dirapatkan dengan cara sebelah kanan bergeser menutupi
shaf yang kosong tersebut.
D. Keutamaan Shaf Yang Pertama Dan Yang Kanan
1.
|
2. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda, “Seandanya mereka mengetahui (pahala) yang ada pada shaf pertama,
niscaya terjadi undian (di antara mereka).” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
4.
Dari ‘Aisyah ra, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah
dan para Malaikat mendo’akan (menyampaikan) kesejahteraan kepada orang-orang
yang berada pada shaf yang kanan.” (HR. Abu Dawud)
E. Muslimat Berjama’ah di Masjid
1.
Dari Ummu Humaid, ia berkata
: “Bahwasannya ia (Ummu Humaid) datang
kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu ia berkata, “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku suka shalat bersama engkau (di masjid), lalu
beliau bersabda, “Sesungguhnya aku mengetahui bahwa kamu suka melaksanakan
shalat bersama aku, tetapi shalatmu di kamar yang tertutup (bagian kamar yang
tidak terlihat oleh orang lain) adalah lebih baik dari pada shalatmu di
kamarmu, dan shalatmu di kamarmu lebih baik dari pada shalatmu di rumahmu
(bagian rumah yang terlihat dari luar), dan shalatmu di rumahmu itu lebih baik
dari pada di masjid kamu, dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik dari pada di
masjidku, “lalu ia memerintahkan (membuat tempat shalat), maka dibangunkan
bagian tempat shalat di dalam rumah yang paling sepi, yang tidak terlihat orang
lain, dan ia senantiasa melaksanakan shalat di dalamnya sampai ia berjumpa
dengan Allah ‘aza wa Jalla.” (HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah)
2. Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kamu mencegah
perempuan-perempuan untuk pergi ke masjid, sedangkan rumah mereka itu lebih
baik bagi mereka.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)
3.
|
4.
Dari ‘Aisyah ra, ia berkata,
“Wanita-wanita muslimat, bersama
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam shalat shubuh dengan menyelimuti
kerudungnya, kemudian selesai shalat, mereka pulang ke rumah mereka
masing-masing, tak seorangpun mengenal mereka karena gelap.” (HR. Bukhari
I/109)
5. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kamu mencegah kaum wanita untuk
pergi ke masjid, tetapi hendklah mereka keluar dengan tanpa wangi-wangian.”
(HR. Abu Dawud 565)
6.
Dari ‘Aisyah ra, ia berkata,
“Seandainya Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam mengetahui apa yang terjadi
pada kaum wanita, niscaya beliau akan melarang mereka untuk mendatangi masjid
sebagaimana dilarangnya wanita-wanita Bani Israil ke Masjid.” (HR. Muslim
dan Abu Dawud)
Keterangan :
Shalat bagi kaum
wanita/muslimah lebih utama dilaksanakan di rumahnya dari pada di masjid,
tetapi jangan dilarang bila berkehendak pergi ke masjid, asalkan :
a. Tidak memakai wangi-wangian
b.
Menutup aurat dengan
sempurna dan dapat menghindarkan diri dari padangan kaum lelaki/muslimin.
c.
Utamakan datang lebih akhir
dan pulang lebih awal dari kaum lelaki/muslimin.
Sumber
Referensi :
1.
Terjemah Al-Qur’an
2.
Bulighul Maram
3.
Fiqhus Sunnah
4.
Tuntunan Shalat Menurut
Sunnah Rasul, terbitan Al-Jama’ah
5.
Sifat Shalat Nabi, M.
Nashiruddin Al-Albani
6.
Riyadhush Sholihin