Wednesday, May 1, 2013

SHAF (BARISAN) DALAM SHALAT BERJAMA’AH


إن الله يحب الذين يقاتلون في سبيله صفا كأنهم بنيان مرصوص


“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan–Nya dalam shaf-shaf yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”  (QS. Ash-Shaff : 4)


A.     Menerapkan Shaf (Barisan) Dalam Shalat Berjama’ah

 


1.       Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda,”Luruskanlah shaf-shaf kamu, karena sesungguhnya lurusnya shaf itu merupakan kesempurnaan shalat,” (HR. Bukhari dan Abu Daud).
2.       Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Luruskanlah shaf-shaf kamu, sesungguhnya aku melihat kamu dari belakang punggungku. Maka salah seorang di antara kamu menempelkan pundaknya dengan pundak sahabatnya dan telapak kakinya dengan telapak kaki sahabatnya.”(HR. Bukhori, Muslim dan Abu Daud)
3.       Dari Nu’man bin Basyir R.A, ia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menghadapkan wajahnya kepada manusia,kemudian beliau bersabda, “Luruskanlah shaf-shaf kamu! “beliau mengulanginya tiga kali, “Demi Allah! “Luruskan shaf-shafmu atau Allah akan memeperselisihkan hati-hati kamu “. Nu’man  berkata, “Maka saya melihat orang-orang yang menempelkan pundaknya dengan pundak sahabatnya dan lututnya dengan lutut sahabatnya dan mata kaki  dengan mata kaki sahabatnya.”(HR. Abu Daud)
4.       Dari Anas bin Malik r a, Rasulullah bersabda, “Rapatkanlah dan dekatkanlah  shaf - shafmu dan ratakanlah tengkuk-tengkuk. Demi Dzat yang diriku ditangan-Nya sesungguhnya aku melihat setan memasuki celah-celah shaf yang renggang seperti anank kambing kecil.” (HR.Abu Daud)
5.       Dari Ibnu Umar r.a,Rasulullah bersabda, “Luruskanlah shaf-shaf (shalat), sejajarkanlah pundak-pundakmu, tutuplah celah-celahnya dan lemaskanlah dengan tangan-tangan saudaramu dan janganlah membiarkan celah-celah untuk syetan. Barang siapa yang menyambung sahaf, maka Allah akan menyambung hubunganya. Dan barang siapa memutuskannya, maka Allah akan memutuskan hubunganya,” (HR.Abu Daud)
6.       Dari Anas bin Malik, ia berkata,bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menghadap kepada kami sebelum takbir dan bersabda:     
(Rapatkan barisanmu dan luruskan). (HR .Bukhori - Muslim)
Keterangan:
a.         Sebelum Takbiratul Ikhram, Rasul mengahap kepada makmun untuk memeriksa barisan (shaf shalat) agar lurus dan rapat
b.         Rapat shaf satu dengan yang lainnya adalah bahu dengan bahu, lutut dengan lutut sahabatnya, mata kaki dengan mata kaki sahabatnya dan sisi telapak kaki dengan sisi telapak kaki sahabatnya.
c.         Rapat dan lurusnya shaf dalam shalat merupakan kesem-purnaan dan wujud tegaknya shalat.
d.         Apabila shaf renggang maka Allah akan memper-selisihkan hati-hati mereka dan memutuskan hubungan diantara mereka. Tetapi apabila senantiasa menjaga rapat dan lurusnya shaf, maka Allah akan mepererat  tali per-saudaraan/hubungan diantara mereka.
e.         Apabila shaf barisan renggang/ada celah-celah walaupun sedikit maka syetan akan mengisinya dan siap untuk menganggu kekhusuan shalat kita.
f.          Apabila menjadi imam shalat hendaknya berada di pertengahan shaf, sehingga antara sebelah kanan dan kirinya seimbang. Dan jangan dulu takbiratul ikhram sebelum shaf-shaf makmunya betul-betul rapat, lurus dan tertib.
7.       Dari Abu hurairah, Rasulullah bersabda, “Jadilah imam itu di pertengahan shaf dan tutuplah celah-celah.” (HR. Abu Daud).

B.     Susunan Shaf Dalam Shalat

1.      Dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Hendaklah berdiri di dekatku orang-orang yang cerdik pandai (alim), kemudian orang-orang yang hampir setara dengan mereka.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Nasa’I dan Ibnu Majah)
Keterangan :
Pada shaf pertama dibelakang imam shalat, hendaknya diisi  oleh orang-orang yang cerdik pandai (alim) hal ini sangat penting untuk mengingatkan imaam apabila salah, lupa atau menggantikan imaam bila imaam batal/harus meninggalkan tempat shalat.
2.      Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Sebaik-baik shaf bagi laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruknya adalah yang terakhir. Sebaik-baiknya shaf bagi kaum wanita adalah yang terakhir dan seburuk-buruknya adalah yang pertama.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Nasai dan Ibnu Majah)
3.      Dari Abu Malik Al Asy’ari, ia berkata : “Maukah aku ceritakan tentang shalat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, apabila beliau shalat, beliau menyusun shaf orang-laki-laki, kemudian anak-anak di belakannya, kemudian shalat dengan mereka.” (HR. Abu Dawud)
Keterangan :
3
 
Susunan shaf hendaknya secara berurutan : Pria dewasa, pria pemuda, pria remaja, pria anak-anak, anak-anak perempuan, remaja perempuan, pemudi dan terakhir perempuan dewasa/ orang tua.
4.      Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata, “Aku bermalam di tempat bibiku yaitu Maimunah, di sana Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam shalat pada malam hari, maka saya (Ibnu Abbas) berdiri di sebelah kirinya, kemudian beliau bersabda, “Begini” Beliau menarik kepalaku seraya menempatkan aku disebelah kanannya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah)
5.      Dari Anas bin Malik ra, ia berkata, ”Sesungguhnya dia (Anas), Rasulullah, ibu dan bibinya, shalat berjama’ah, maka beliau menempatkan Anas disebelah kanannya sendangkan ibu dan bibinya dibelakangnya.” (HR. Abu Dawud, Nasa’i dan Ibnu Majah)  
Keterangan :
a.       Apabila makmum (pria) hanya sendirian, maka harus berada di sebelah kanan imaam dan sejajar. Dan apabila makmum lebih dari satu orang maka membuat shaf dibelakang imaam.
b.      Apabila kita shalat berjama’ah ketinggalan (masbuq) dan menjumpai yang sedang shalat berjama’ah dengan seorang makmum, maka makmum yang berada di samping kanan imaam tersebut, kita tarik sehingga semua makmum berada di belakang imaam (lihat hadits No. 6 di bawah)
c.       Makmum wanita harus berada dibelakang imaam baik sendirian maupun lebih apabila imaamnya laki-laki.
6.     
4
 
Dari Jabir ra, ia berkata, “Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam shalat, saya berdiri disebelah kiri beliau maka beliau memegang tanganku kemudian memindahkan aku (Jabir) berada di sebelah kanan beliau, kemudian datang Jabbar bin Shahr, ia (Jabbar)berdiri disebelah kiri beliau, maka beliau memegang tangan kami ( Jabir dan Jabbar) dan mendorong kami sehingga kami beada dibelakang beliau.” (HR. Muslim)

C.     Shalat Sendirian Dibelakang Shaf

1.      Dari Abdurrahman bin Ali bin Syaibah, ia berkata, “Kami keluar menemui Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam kemudian kami membai’atnya dan kami shalat dibelakangnya. Kemudian kami shalat dibelakang beliau pada shalat yang lain, maka ketika shalat selesai beliau melihat seseorang shalat sendirian dibelakang shaf, maka Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mendekatinya ketika ia telah selesai (shalat) dan bersabda, “Hadapkanlah (tertibkanlah) shalatmu, tidak ada shalat menyendiri dibelakang shaf.” (HR. Ibnu Majah 1003)
2.      Dari  Wabishah bin Ma’bad, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam melihat seseorang shalat sendirian dibelakang shaf, maka beliau memerintah-kannya supaya mengulangi shalatnya” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
3.      Dan dalam riwayat lain dari Talq bin Ali, “Tidak sah shalat sendirian di belakang shaf. “Dan Thabrany menambahkan dalam hadist Wabishab : “mengapa engkau tidak masuk bersama mereka atau kau tarik seorang.”
Keterangan :
Tidak boleh shalat seorang diri di belakang shaf, oleh karena itu jika seseorang mendapatkan shaf yang telah penuh, hendaknya menarik salah seorang yang ada di depannya, untuk berdiri bersama-sama. Dan shaf yang kosong karena salah seorang mundur, harus segera dirapatkan dengan cara sebelah kanan bergeser menutupi shaf yang kosong tersebut.

D.     Keutamaan Shaf Yang Pertama Dan Yang Kanan

1.     
5
 
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Sesung-guhnya Allah dan para Malaikat mendo’akan (menyampaikan) kesejahteraan kepada shaf-shaf yang pertama.” (HR. Abu Dawud, Nasa’i dan Ibnu Majah)
2.      Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda, “Seandanya mereka mengetahui (pahala) yang ada pada shaf pertama, niscaya terjadi undian (di antara mereka).” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
4.      Dari ‘Aisyah ra, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat mendo’akan (menyampaikan) kesejahteraan kepada orang-orang yang berada pada shaf yang kanan.” (HR. Abu Dawud)

E.     Muslimat Berjama’ah di Masjid

1.      Dari Ummu Humaid, ia berkata : “Bahwasannya ia (Ummu Humaid) datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku suka shalat bersama engkau (di masjid), lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya aku mengetahui bahwa kamu suka melaksanakan shalat bersama aku, tetapi shalatmu di kamar yang tertutup (bagian kamar yang tidak terlihat oleh orang lain) adalah lebih baik dari pada shalatmu di kamarmu, dan shalatmu di kamarmu lebih baik dari pada shalatmu di rumahmu (bagian rumah yang terlihat dari luar), dan shalatmu di rumahmu itu lebih baik dari pada di masjid kamu, dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik dari pada di masjidku, “lalu ia memerintahkan (membuat tempat shalat), maka dibangunkan bagian tempat shalat di dalam rumah yang paling sepi, yang tidak terlihat orang lain, dan ia senantiasa melaksanakan shalat di dalamnya sampai ia berjumpa dengan Allah ‘aza wa Jalla.” (HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah)
2.      Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kamu mencegah perempuan-perempuan untuk pergi ke masjid, sedangkan rumah mereka itu lebih baik bagi mereka.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)
3.     
6
 
Dari Abdullah, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Apabila salah seorang perempuan di antara kamu minta izin (untuk shalat berjama’ah di masjid) maka janganlah dicegahnya.” (HR. Bukhari)
4.      Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Wanita-wanita muslimat, bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam shalat shubuh dengan menyelimuti kerudungnya, kemudian selesai shalat, mereka pulang ke rumah mereka masing-masing, tak seorangpun mengenal mereka karena gelap.” (HR. Bukhari I/109)
5.      Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kamu mencegah kaum wanita untuk pergi ke masjid, tetapi hendklah mereka keluar dengan tanpa wangi-wangian.” (HR. Abu Dawud 565)
6.      Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Seandainya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengetahui  apa yang terjadi pada kaum wanita, niscaya beliau akan melarang mereka untuk mendatangi masjid sebagaimana dilarangnya wanita-wanita Bani Israil ke Masjid.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Keterangan :
Shalat bagi kaum wanita/muslimah lebih utama dilaksanakan di rumahnya dari pada di masjid, tetapi jangan dilarang bila berkehendak pergi ke masjid, asalkan :
a.       Tidak  memakai wangi-wangian
b.      Menutup aurat dengan sempurna dan dapat menghindarkan diri dari padangan kaum lelaki/muslimin.
c.       Utamakan datang lebih akhir dan pulang lebih awal dari kaum lelaki/muslimin.

Sumber Referensi :
1.        Terjemah Al-Qur’an
2.        Bulighul Maram
3.        Fiqhus Sunnah
4.        Tuntunan Shalat Menurut Sunnah Rasul, terbitan Al-Jama’ah
5.        Sifat Shalat Nabi, M. Nashiruddin Al-Albani
6.        Riyadhush Sholihin


Tuesday, April 30, 2013

SHOLAT BERJAMA'AH

واستعينوا بالصبر والصلاة وإنها لكبيرة إلا على الخاشعين


“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan shabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.” (QS. Al-Baqarah : 45)

I.       Keutamaan Shalat Berjama’ah

1.      Dari abrullah bin Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda : “Shalat berjama’ah itu lebih utama dari pada shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat.”
(HR. Bukhari Muslim)
2.      Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda : “Shalat seseorang dengan berjama’ah dilipatgandakan dari shalat di rumah dan di pasar, sebanyak dua puluh lima kali. Dan demikian itu jika ia berwudlu, dan membaguskan wudlunya, kemudian ia keluar (pergi) ke masjid tidaklah ia keluar melainkan untuk shalat, tidaklah ia melangkah dengan satu langkah melainkan diangklat baginya satu derajat dan dihapus dari padanya satu kesalahan. Apabila ia shalat, maka para malaikat senantiasa mendo’akan atasnya selama ia berada pada tempat shalatnya dengan ucapan “Ya Allah sejahterakanlah atasnya, ya Allah, sayangilah dia; dan salah seorang dari kamu senantiasa di dalam shalat selama menunggu shalat.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)

3.     Dari Mihjan, ia berkata : “Sesungguhnya ia bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam suatu majelis, makan dikumandangka adzan shalat, kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam melaksanakan shalat, lalu beliau kembali, sedang Mihjan masih dalam tempat duduknya. Maka beliau bersabda kepadanya,”Apa yang mencegahmu untuk shalat (berjama’ah, pen) bersama kami? Bukankah kamu seorang muslim ? Ia berkata, “Tentu, tetapi saya sudah shalat bersama keluargaku, ”Beliau bersabda kepadanya, “Jika kamu  datang (mendapati yang sedang shalat berjama’ah), maka shalatlah bersama manusia meskipun kamu sudah shalat.” (HR. An Nasai II/87)
   
 
4.Dari Jabir bin Yazid bin Aswad dari ayahnya, ia berkata : “Saya mendatangi shalat shubuh (fajar) bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam di masjid Al-Kaif, beliau telah menyelesaikan shalatnya, beliau melihat dua orang yang ada di paling belakang dari suatu kaum. Mereka tidak mengerjakan shalat bersama beliau. Lalu beliau bersabda,”Panggillah kedua orang itu kepadaku! Maka kedua orang tersebut didatangkan kepada beliau dengan gemetar jantungnya. Beliau bersabda, “Apa yang mencegahmu untuk shalat bersama kami?” Keduanya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah shalat di rumah. Beliau bersabda, “Jangan mengerjakan yang demikian, jika kamu shalat di rumahmu, kemudian kamu mendatangi masjid (yang sedang dilaksanakan shalat) berjama’ah, maka shalatlah bersama mereka. Sesungguhnya shalat itu bagi kamu merupakan nafilah (shalat sunat).” (HR. An-Nasai II/87)
Keterangan:   
Apabila kita sudah shalat tetapi menemukan yang sedang shalat berjama’ah, maka ikutulah shalat karena hukumnya sebagai shalat nafilah (shalat sunat).
5.      Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Sallallahu‘alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki shalat sendirian, beliau bersabda, “Sebaiknya ada seseorang yang bersedaqah kepada orang itu dengan melaksanakan shalat bersamanya.” (HR. Abu Daud 574)
Keterangan:
Apabila ada orang yang shalat sendirian,hendaknya kita bersadaqah dengan ikut shalat bersamanya walaupun kita sudah shalat.
6.      Dari Abu Hurairah r.a katanya ”Ada seseorang buta datang kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, katanya ”Ya Rasulallah, saya tidak mempunyai penuntun  yang akan membingbing saya ke mesjid, “lalu dimohonnya untuk shalat di rumah saja. Permintaan itu dikabulkan oleh Nabi. Tetapi baru saja ia pergi, tiba-tiba dipanggil kembali oleh Nabi, yang menanyakannya : “Adakah anda mendengar panggilan adzan? Ujarnya: “Ya” Maka sabda biliau pula: “Kalau demikian ,datang sajalah!” (HR.Muslim).       
Keterangan:
Rasulullah tidak memberi keringanan untuk shalat di rumah bagi lelaki selama masih mendengar adzan walaupun orang buta, apalagi yang sehat .Kecuali sakit atau dalam keadaan hujan.

II.    Ancaman Meninggalkan Shalat Berjama’ah

1.      Dari Abu Hurairah ra ,Rasulallah bersabda: “Demi Dzat  yang diriku ditanganNya, sungguh aku ingin memerintahkan seseorang untuk mengumpulkan kayu bakar lalu dinyalakan, kemudian memerintahkan supaya shalat maka dikuman-dangkan adzan untuk shalat ,kemudian memerintahkan kepada seseorang  untuk mengimami manusia, kemudian aku pergi kepada orang-orang (yang tidak hadir) untuk membakar rumah-rumah mereka,”(HR.Bukhori, Muslim dan Abu Daud).
2.      Dari Abu Hurairah ra, Rasulaullah bersabda: “Tidak ada shalat yang lebih berat atas orang-orang munafik melainkan shalat fajar (shubuh) dan Isya, seandainya mereka mengetahui pahala yang ada pada keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku ingin memerintah-kan muadzdzin untuk adzan lalu  qomat, kemudian memerintah-kan seseorang mengimami manusia, kemudian saya mengambil bara api untuk membakar orang yang tidak keluar mendatangi shalat setelah (adzan).” (HR. Bukhari I/121)
3. Dari Abu Darda, Rasulallah bersabda: “Tidaklah tiga orang yang berada dalam suatu kampung atau dusun kemudian tidak mendirikan shalat (berjama’ah) diantara mereka, melainkan syaitan sungguh telah menguasai mereka, maka wajib atas kamu berjama’ah, sesungguhnya srigala itu memakan (kambing) yang sendirian.”(HR Abu Daud dan An-Nasai)
4.      Dari Abdullah Ibnu Mas’ud r.a, ia berkata: “Barang siapa yang ingin berjumpa dengan Allah kelak dalam keadaan selamat, hendaklah ia menjaga shalat-shalat ini (dengan berjama’ah) ketika dipanggil untuk menegakkannya (adzan). Sesungguhnya Allah telah mensyari’at kepada Nabimu Shallallahu’alaihi Wasallam sunnah-sunnah yang berpetunjuk,dan sesungguhnya shalat berjamaa’ah itu merupakan sebahagian sunnah yang berpetunjuk. Seandainya kamu shalat dalam rumahmu sebagaimana orang yang meninggalkan sunnah nabimu, jika kamu meninggalkan sunnah nabimu, niscaya kamu sesat. Tidaklah dari seseorang yang bersuci dan menyempur-nakannya, kemudian menjaga untuk mendatangi mesjid dari mesjid-mesjid ini, kecuali Allah mencatat baginya suatu kebaikan pada setiap langkahnya yang ia melangkahnya dan menganggkat derajatnya, serta menghapus dosa-dosanya. Sungguh kami memperhatikan diri kami, tidaklah meninggal-kan shalat berjamaa’ah, kecuali orang munafik yang telah jelas kemunafikannya. Sungguh telah ada seorang yang datang ke mesjid dengan dipapah oleh dua orang, sehingga ia ditempatkan pada shaf.” (HR. Muslim 1/262)     
Keterangan:
1)      Rasul akan membakar rumah-rumah orang yang tidak shalat berjama’ah di mesjid.
2)      Rasul akan membakar orang-orang yang tidak memenuhi panggilan adzan untuk shalat berjama’ah.
3)      Yang tidak shalat berjamaah akan dikuasai syetan seperti halnya orang yang tidak menetapi Al-Jama’a
 
4)   Yang tidak menegakkan shalat berjama’ah sama dengan meninggalkan sunnah Rasul dan berada dalam kesesatan.
5)        Yang meninggalkan shalat berjama’ah adalah orang munafik yang telah jelas kemunafikannya.
 
Sumber Referensi :
1.     Terjemah Al Qur’an
2.     Tafsir Ibnu KatsirBulughul Maram
3.     Fiqhus Sunnah

Monday, March 4, 2013

BACAAN SHOLAT MENURUT SUNNAH RASUL


1.     TAKBIRATUL IHROM

ALLAHU AKBAR                         اَللهُ اَكْبَرْ

(Allah maha Agung)
2.      DO’A IFTITAH
اَللّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَّ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اَللّهُمَّ نَقّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَ الثَّوْبُ اْلاَ بْيَضُ مِنَ الذَّنَسْ, اَللّهُمَ اغْسِلْنِ مِنْ خَطَايَايَ بِاالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدْ
245
 
244
 
ALLOHUMMA BAA’ID BAINII WA BAINA KHOTHOYAAYA KAMAA BAA’ATTA BAINAL MASYRIQI WAL MAGHRIBI. ALLOHUMMA NAQQINII MIN  KHOTHOYAA YA KAMAA YUNAQQOTS TSAUBUL ABYADHU MINAD DANAS. ALLOHUMMA  AGHSIL MIN KHOTHOYAAYA BIL MAA’I WASSALJI WAL BAROD.
(Ya Allah jauhkanlah antaraku dan dosa-dosaku sebagaimana Engkau jauhkan antara Timur dan Barat. Ya Allah bersihkanlah aku dari dosa-dosaku sebagai-mana dibersihkannya kain putih dari kotoran. Ya Allah mandikanlah (bersihkan-lah) aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan es)
[HR.Bukhari 1/136, Abu Dawud 781, An Nasai II/99-100, Ibnu Majah 805]
3.     TA’UDZ
اَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنِ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

‘AUDZUBILLAHISY SYAMI’IL ‘ALIIMI MINASYSYAITHOONIROJIIM MIN HAMZINI WA NAFKHIHI WA NAFTSIH

(Aku berlindung kepada Allah yang Maha mendengar dan Hama Mengetahui dari godaan syaitan yang terkutuk, dari permaninan, gangguan dan tipuannya)
[HR, Abu Dawud 775 dan At Tirmidzi 242]
4.     MEMBACA SURAT AL-FATIHAH
5.     MEMBACA salah satu/sebagian surat dalam al qur’an
6.     TAKBIR
ALLOOHU AKBAR                                                        اَللهُ اَكْبَرْ
(Allah Maha Agung)
7.      BACAAN RUKU’

سُبْحَا نَكَ اَللّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ

SUBHAANAKALLOOHUMMA ROBBANAA WABIHAMDIKA ALLOOHUMAGHFIRLI

(Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan kami dengan memujimu, ampunilah aku)

8.      DO’A I’TIDAL

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

SAMI’ ALLOOHU LIMAN HAMIDAH

(Allah mendengar akan orang yang memuji-Nya)

 رَ بَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ

ROBBANAA WALAKAL HAMDU

( Ya Tuhan kami bagi-Mulah segala puji)
9.       TAKBIR :
 ALLAHU AKBAR                                                        اَللهُ اَكْبَرْ
10.    BACAAN SUJUD :

سُبْحَا نَكَ اَللّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ

SUBHAANAKALLOOHUMMA ROBBANAA WABIHAMDIKA ALLOOHUMAGHFIRLI

(Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan kami dengan memujimu, ampunilah aku)
11.    DO’A ANTARA DUA SUJUD :

 رَبِ اغْفِرْلِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِيْ وَارْزُقْنِي وَارْفَعْنِيْ

ROBBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARZUQNII WARFA’NII

246
 
(Ya Tuhan ampunilah aku, kasihanilah aku, berilah ganti kepadaku, berilah rizki kepadaku dan angkatlah aku)
12.    DO’A (BACAAN) ATTAHIYYATUL AWWAL
اَلتَّحِيَّا تُ لِلّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيّبَاتُ’ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ اَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ, اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْنَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلهَ اِلاَّاللهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه وَرَسُوْلُهُ
ATTAHIYYATU LILLAH WASH SHOLAWAATU WATH THOYYIBAAT, ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHANNABIYYU WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH, ASSALAAMU ‘ALAINAA WA’ALAA ‘IBAADILLAAHISH SHOOLIHIN, ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLOOH, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA ROSUULUH.
(Penghormatan, kesejahteraan, kebaikan itu hanya milik Allah. Keselamatan atas engkau wahai nabi dan Rahmat Allah serta berkah-Nya. Keselamatan atas kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan Rasul-Nya) [HR. At-Tirmidzi (289) dari Ibnu Mas’ud]
13. 
247
 
DO’A (BACAAN) ATTAHIYYATUL AKHIR  :
اَلتَّحِيَّا تُ لِلّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيّبَاتُ’ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ اَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ’ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْنَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلهَ اِلاَّاللهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه وَرَسُوْلُ
اَللّهُمَّ صَلّ عَلى مُحَمَّدِ وَعَلى الِ مُحَمَّدِ كَمَا صَلَيْتَ عَلى الِ إِبْرَاهِيْمَ’ وَبَارِكْ عَلى مُحَمَّدِ وَعَلى الِ مُحَمَّدِ كَمَابَارَكْتَ عَلى الِ إِبْرَاهِيْمَ’فِى الْعَا لَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَّجِيْدُ    
ATTAHIYYATU LILLAH WASH SHOLAWAATU WATH THOYYIBAAT, ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHANNABIYYU WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH, ASSALAAMU ‘ALAINAA WA’ALAA ‘IBAADIL-LAAHISH SHOOLIHIN, ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLOOH, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA ROSUULUH. ALLOOHUMMA SHOLLI ‘ALA MUHAMMAD  WA ‘ALA AALI MUHAM-MAD, KAMAA SHOLAITA ‘ALAA AALI IBROOHIM, WA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALLA AALI MUHAMMAD KAMAA BAAROKTA ‘ALAA AALI IBROOHIM FIL ‘ALAAMIINA INNAKA HAMIIDUMMAJIID.
(Penghormatan, kesejahteraan, kebaikan itu hanya milik Allah. Keselamatan atas engkau wahai nabi dan Rahmat Allah serta berkah-Nya. Keselamatan atas kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah kesejahteraan atas Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah mensejahterakan keluarga Ibrahim dan berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan maha Mulia di seluruh alam) 
[HR. Muslim I/171-173, Bukhari I/150-151, Abu Dawub 968, At Tirmidzi 289, An Nasai II/198, Ad Damiri I/308]
14.  DO’A SETELAH ATTAHIYAATUL AKHIR SEBELUM SALAM :
249
 
248
 
اَللّهُمَّ إِنّي أَعُذُبِكَ مِنْ عَدَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَدَابِ الْقَبْرِوَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرّفِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الذَّجَالَ
ALLOOHUMMA INNI A’UUDZUBIKA MIN ‘ADZAABI JAMANNAMA WA MIN ‘ADZAABILQOBRI QA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAATI WANIN SYARRI FITNATIL MASIIHIDDAJAAL
(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab Jahanam dan dari adzab kubur dan dari fitnah hidu dan mati, dan dari keburukan fitnah masihiddaja)  ( HR. Ahmad I/237, Muslim I/237, Abu Dawud 983, Ibnu Majah 909, Ad Damiri I/310)
15.    SALAM AKHIR SHOLAT :
        a.   Salam ke sebelah kanan :
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ
ASSALAAMU ‘ALAIKUM WAROHMATULLOOH
(Kesejahteraan bagimu sekalian dan rahmat Allah)
        b.  Salam ke sebelah kiri :
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ
ASSALAAMU ‘ALAIKUM WAROHMATULLOOH
(Kesejahteraan bagimu sekalian dan rahmat Allah)
(HR. Ahmad I/390,406,408.441.448; Abu Dawud 996, At Tirmidzi 295 An Nasai I/1995, Ibnu Majah 914 dll.)
 


Sumber :  
1.        Tuntunan   Sholat Menurut Sunnah Rasulullah SAW, Terbitan  AL JAMA’AH
2.        Fiqhus Sunnah
3.        Subulus Salam
4.        Bulughul Maram
5.        Pelajaran Shalat, A. Hasan
Keterangan :
Bacaan Shalat ini hanya salah satu yang diajarkan Rasulullah, masih ada beberapa contoh bacaan sholat yang disunnahkan Rasulullah SAW. Oleh karena itu, sudahkah sholat kita berdasar kepada yang disyari’atkan Allah dan Rasul-Nya ?